Artikel di ambil: http://www.sinartani.com/ternak/integrasi-ternak-kelinci-pada-areal-tanaman-hortikultura-1244434691.htm

Dalam usaha budidaya ternak kelinci sebagai penghasil daging dianggap lebih menguntungkan/dibandingkan ternak lain, terutama ruminansia. Hal ini disebabkan kelinci merupakan ternak prolifik, dapat bunting dan menyusui, pada waktu yang bersamaan, interval beranak cepat dan dapat tumbuh cepat.

Berbagai keuntungan ekonomi pada usaha skala kecil dan menengah antara lain (i) kebutuhan modal tetap dan modal kerja yang relatif kecil, (ii) pakan tidak tergantung pada bahan baku impor dan mampu mengkonsumsi hijauan dan produk limbah secara efisien dan tidak bersaing dengan pangan, (iii) mudah beradaptasi terhadap lingkungan dan mudah dibudidayakan, (iv) tidak membutuhkan lahan luas, (v) dapat memanfaatkan limbah pertanian dan limbah industri pangan, (vi) menghasilkan daging secara efisien, (vii) menghasilkan beragam produk seperti daging, kulit, kulit-bulu, pupuk organik, kelinci hias, (viii) kualitas daging, protein tinggi dan rendah kolesterol.

Lebih jauh lagi pada dua-tiga tahun terakhir ini, di beberapa daerah yang sebagian rnungkin disebabkan oleh merebaknya flu burung, sehingga peternak ayam skala kecil mengalihkan usahanya ke kelinci. Khususnya di sentra produksi sayuran, seperti Brastagi, Karo (Sumatera Utara), Magelang (Jawa Tengah), Pangalengan (Jawa Barat), Malang (Jawa Timur), dan Bedugul (Bali).

Dari beberapa sumber mengatakan bahwa beberapa limbah tanaman hortikultura dapat digunakan sebagai pakan ternak kelinci. Dalam pelaksanaannya ternak kelinci yang dipelihara di kawasan sayur-sayuran yang siap dipanen seperti wortel, buncis, kangkung, labu, dan daun loseh yang tumbuh secara liar merupakan sumber alternatif pakan kelinci yang sangat potensial.

Potensi Ternak Kelinci
Potensi ternak kelinci sebagai penghasil daging telah cukup lama dikenal. Sejak tahun 1980 kelinci telah diperkenalkan dan dikembangkan secara luas di Indonesia. Awalnya, tujuan beternak kelinci adalah untuk meningkatkan konsumsi protein hewani keluarga di pedesaan, dan dalam jumlah terbatas, untuk menghasilkan pupuk.

Potensi genetik keragamannya tinggi dalam pembentukan bibit unggul baru/hybrid, lebih dari 20 jenis hasil persilangan. Dari potensi reproduksinya ternak kelinci mampu melahirkan 10-11 x per tahun, memperoleh 2-11 anak per kelahiran (± 6 ekor), bunting dan menyusui pada saat bersamaan. Pertumbuhan kelinci sangat cepat 10-25 g/ekor/hari.

Ternak kelinci mampu memanfaatkan hijauan dan limbah pertanian/limbah pangan dan pakannya tidak bersaing untuk pangan dan mampu memanfaatkan protein hijauan secara efisien (cecotrophy). Dalam manajemen pemeliharaan, relatif mudah dalam pengelolaan dan sesuai untuk skala kecil, menengah dan besar.

(Untuk informasi lebih lengkapnya silahkan berlangganan Tabloid SINAR TANI. SMS ke : 081584414991)

date Senin, 13 Juli 2009

0 comments to “INTEGRASI TERNAK KELINCI Pada Areal Tanaman Hortikultura”

Leave a Reply: